Fase dunia pendidikan (formal) tlah
terlewati, dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Dari tidak tahu
apa-apa menjadi tahu apa-apa, dan karakter pun lebih terbentuk dari adanya
proses pendidikan tersebut. Setelah lulus kuliah, harapannya dapat langsung
bekerja. Tidak stagnan dalam kekosongan yang dapat menimbulkan kejenuhan yang
sangat. Sebagian mantan mahasiswa (termasuk
saya J) merasa bahwa “kelulusan itu bukan
merupakan pencapaian yang berarti”. Kalimat tersebut muncul karena mata hati
tertutup oleh kejenuhan dan harapan yang pupus karena tidak segera mendapatkan
pekerjaan. Heiiii… bangun dari mimpimu, hidup ini tak selamanya seperti apa
yang kita inginkan, dan peralihan dari satu fase ke
fase berikutnya tak selamanya berjalan mulus. Kita hanya butuh adaptasi di luar zona nyaman pada saat masa studi.
fase berikutnya tak selamanya berjalan mulus. Kita hanya butuh adaptasi di luar zona nyaman pada saat masa studi.
Kelulusan merupakan salah satu
pencapaian yang patut kita syukuri, karena kita tlah belajar tentang kehidupan
pada suatu fase. Ketika kita melangkah ke fase berikutnya yang lebih “nyata”
lagi jadikan pembelajaran hidup kemarin sebagai bekal, karena tidak ada satupun
perjuangan yang sia-sia. Kita berada pada awal lagi sekarang, untuk menghadapi
tantangan yang lebih.
Perasaan jenuh wajar, asal jangan
berkepanjangan. Menghentikan perasaan negatif yaitu jenuh tadi dengan mencoba
untuk menemukan sudut pandang baru tentang suatu persoalan. Terkadang cara
pandang kita tentang pekerjaan terlalu sempit, sahabat saya bilang “pekerjaan
itu ya apa saja, tidak harus berupa profesi” (Gandi, 2012). Kita tidak
memungkiri kalau harapan setelah sarjana ya dapat pekerjaan dan mendapatkan
kompensasi (langsung berupa materi), karena setelah lepas dari uang saku orang
tua kita pasti membutuhkan uang, dan terlepas dari itu ada beban moral
tersendiri karena menjadi seorang sarjana menganggur. Untuk saat ini, tidak
perlulah terlalu berambisi untuk itu, hal-hal produktif yang kita lakukan
sehari-hari juga merupakan pekerjaan hanya saja kompensasinya tidak secara
langsung atau bukan berupa materi. Ketika kita maknai produktivitas sebagai
pembelajaran, pasti ada “buah” yang dapat kita petik untuk bekal nantinya.
Itulah yang disebut kompensasi (tidak langsung).
Pada saat masa “istirahat” seperti
ini nikmatilah dulu yang ada, menjalani hobi untuk mengisi waktu luang,
membantu orang tua (termasuk kewajiban), membaca, bersosialisasi dengan
masyarakat atau pun hal yang lainnya. Serta terus mengupayakan untuk
meningkatkan kehidupan yang lebih baik, termasuk mencari penghasilan sendiri.
Maksud kata “istirahat” disini adalah
kata ganti dari menganggur. Seperti kata sahabat saya “bukan pengangguran tapi
sarjana muda” (Gandi, 2012). Sederhana tetapi melegakkan, sepele tetapi
bermakna optimisme tinggi. Kata-kata memang dapat merubah pola pikir, begitu
pun sebaliknya.
Kesuksesan bukan tergantung dari
tingginya tingkat pendidikan ataupun panjangnya gelar, tapi bagaimana seseorang
itu dapat berusaha memaknai dan mempertanggungjawabkan apa yang telah di dapat
pada fase yang telah dilewati sebelumnya.
0 komentar:
Posting Komentar