Kamis, 07 Juni 2012

Tentang “Syukur” di Sepenggal Senja


Suatu sore yang membosankan, bahkan ga cuma sore ini tapi hari-hari belakangan ini. Di tengah kebosanan di depan televisi bersama Ibu tercinta, Aku sedikit mengeluh sama ibu, “huh..bosan!di rumah ga ada kegiatan apa2, mana temen2 belum pada pulang jadi bingung mau maen juga”, keluhan yang sama sekali ga ada manfaatnya, yang ada bikin pusing orang yang denger.
Di tengah obrolan, siaran berita yang Aku tonton sore itu memberitakan kabar buruk tentang bangsa ini, tentang bencana, penyakit, kriminalitas, kabar-kabar itu membuat Aku sedih atas cobaan yang mereka hadapi, dan Aku bisa memetik makna dari semua itu, Aku harusnya bisa lebih bersyukur masih diberi perlindungan oleh Yang Maha Kuasa dan Aku harus bisa lebih waspada lagi dalam menjalani kehidupan ini.
Beberapa menit kemudian, munculah seorang anak kecil yang nakal, sepupuku. Nakal tapi lumayan menyenangkan, bisa buatku ketawa sekaligus buat Aku jengkel juga. Harusnya Aku seneng bisa pulang ke rumah dan ketemu sama keluarga yang masih setia menemani dan menjaga Aku, bayangin aja mereka yang baru kena musibah di televisi tadi, jangankan keluarga tempat tinggal pun mereka udah ga punya. Aku harus bisa manfaatin waktu senggang yang lumayan lama ini untuk bisa berkumpul dan bersenda gurau bersama keluarga.
Wah laper,  Aku iseng aja ngajak Ibu makan baso di warung baso depan rumah. Pengen menghirup udara segar juga di luar. di tengah nikmatnya makan baso, muncullah seorang nenek yang sudah renta, dan kebetulan neneknya si penjual baso. Mengalirlah cerita mengenai si nenek, ternyata si nenek udah pikun dan sering bikin jengkel orang atas kepikunannya itu, sekaligus bikin ketawa juga. Ibu pun bercerita tentang mertuanya yang sudah pikun juga. Pelajaran yang bisa Aku petik yaitu kita harus berbakti pada orang tua, apapun ia. Karena ketika kita bayi orang tua kita sama repotnya saat mengurus kita bahkan lebih repot. Dan sebelum kita menjadi tua renta seperti nenek tadi kita harus bisa memanfaatkan masa muda kita untuk hal-hal yang bermanfaat, dan kelak saat tua nanti ada suatu kenangan indah.
Ga bosen-bosennya nonton film Laskar Pelangi, soalnya seru banget dan syarat makna, malem ini si cuma nonton sepintas doank soalnya udah lumayan sering juga. Film yang menceritakan betapa susahnya mengenyam pendidikan dan indahnya persahabatan. Mereka berjuang menghadapi rintangan yang datang silih berganti dalam menimba ilmu. Pelajaran yang bisa dipetik yaitu betapa harus bersyukurnya kita yang telah dibesarkan dalam naungan keluarga yang cukup mampu sehingga kita bisa mengenyam pendidikan sampai jenjang yang tinggi. Kita harus bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.
Berhenti mengeluh dengan keadaan yang di luar keinginan kita, dengan mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah, justru hanya akan memperburuk suasana dan membuat tidak nyaman orang yang ada di dekat kita. Berbahagialah dalam hidup. Bahagia itu sederhana aja, dengan mencoba untuk memaknai apapun nikmat yang Allah berikan, dari yang terkecil hingga yang terbesar, bersyukurlah. Dengan begitu, kita akan lebih memaknai hidup.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

ayiii.. :D

Rayi Wigati mengatakan...

ya sob.... :)

Posting Komentar