Jumat, 10 Agustus 2012

lika liku skripsi



Merasakan bangku perkuliahan adalah idaman hampir semua lulusan SMA. Berbagai upaya dilakukan untuk bisa tembus di perguruan tinggi yang diinginkan. Walaupun membutuhkan perjuangan yang ga gampang, mereka yang sudah berhasil masuk tidak ingin berlama-lama di kampus, cukuplah 4 tahun, sewajarnya saja. Tahun pertama, kedua, ketiga berlalu… dan sekarang, tahun ke empat sudah memasuki zona yang menantang. 2 dari Tri Dharma Perguruan Tinggi sudah terlewati, Akademik pada saat kuliah dan Pengabdian pada saat KKN. Nah, pada semester akhir nih tinggal tri dharma yang ke 3, yaitu penelitian alias bergelut dengan skripsi yang datang bersama dengan pasukannya yaitu kegalauan, kemalasan, ketakutan, dan putus asa. Tapi tenang kawan, amunisi kita jauh lebih hebat, kita punya semangat, optimisme, tekad dan tanggung jawab untuk menaklukan tantangan itu.
Skripsi itu kadang seperti sahur, sama2 semangat kalo udah mepet-mepet dan diakhir waktu. (Arghob, 2012). Kalo udah semester akhir nih, kita kaya lari semangat banget, udah mepet soalnya. Nanti keburu telat. Memang harusnya seperti itu kawan, kita harus bergegas menyelesaikan amanah orang tua ini. Bergegas bukan berarti tergesa, bergegas itu bersegera menyelesaikan tanggung jawab ini dengan penuh semangat, konsisten dalam mengerjakan dan tidak bermalas-malasan. Sedangkan tergesa itu, menyelesaikan dengan terburu-buru dan mengabaikan sikap tenang, jadi banyak yang tercecer. Bisa jadi karena tergesa, kita terlalu memforsir diri jadinya stress atau fisik yang melemah.
Skripsi itu banyak lika-likunya, bakal seneng banget kalo bisa bimbingan dan denger kata ACC dari dosen dan bakal galau tingkat dewa kalo lagi setia-setianya nunggu dosen dari matahari terbit sampe matahari terbenam, tapi ternyata dosennya ga mau bimbing atau bahkan ga datang. Kalo kata (Arghob, 2012) nih “Siang2 di bulan puasa lihat es buah gini itu rasanya kaya pagi2 lihat dosen pembimbing diruang jurusan tapi ga bisa bimbingan”, nyesek kan rasanya?!. Barangkali itu masih mending, setidaknya dosennya bisa melihat perjuangan kita. Nah, kalo ga datang-datang?? Adanya penggalauan, apalagi kalo sms ga dibales2, kira-kira penggalauannya seperti ini nih “kalo kamu ngga pernah ngasih respon dan bales smsku, gimana aku bisa yakin kamu punya perasaan? :| #ohbudosen” (Arghob, 2012). Galaunya udah kaya ditinggal nikah sama pujaan hati aja. Sst… memang kadang dosen kayak ga punya perasaan *berbisik. Bukan begitu sebenernya, beliau kan juga sibuk di hal lain dan Allah juga lagi menguji kita, ya anggap aja itu bagian dari perjuangan, ketika mau sabar menghadapi penggalauan tadi semoga aja menjadi nilai plus dari Allah sehingga Allah mempermudah jalan kita. Jadi, kalo lagi bĂȘte nungguin dosen bukannya dengerin lagunya “Butiran revisi” –Rumor (Arghob, 2012). Tapi kalo kita tersandung kerikil-kerikil kemarahan dosen atau revisi seabrek setel lagunya Rumor yang baru “butiran kerikil”, kira-kira lagunya begini nih “aku terjatuh dan bisa bangkit lagi”
Saat berhasil bertemu senengnya masih setengah kalo belum denger kata ACC alias masih revisi, kalo kata pepatahnya Arghob (2012) nih “tak ada skripsi yang tak retak”, ya memang begitu, namanya orang belajar wajar kalo salah, itu yang membuat kita mau belajar dan belajar lagi. Jadi semakin haus ilmu kan kalo ternyata banyak celah dalam proses belajar kita?! Tapi harapannya ga dilipatgandakan terus lah revisinya, meskipun di bulan puasa ini pahala memang dilipatgandakan (Arghob, 2012). Kalo revisi dilipatgandakan terus ya perlu introspeksi lah, mungkin kita tidak teliti karena sifat tergesa tadi. Mungkin juga referensi kita yang ga lengkap.  
Jadi sekali lagi, bukan tergesa tapi bergegas. Penundaan pengerjaan skripsi, cuma akan mengakumulasi rasa sesal karena toh skripsi itu tetep harus diselesaikan juga. Penundaan yang terlalu lama juga membuat kita sulit untuk memulainya lagi, buatlah target dan sebisa mungkin capai target itu dengan pengerjaan yang konsisten, tidak bermalas-malasan. Kalo kata Arghob (2012) nih “wahai mahasiswa yg beriman. bangunlah dari tidurmu. kerjakanlah skripsimu seolah olah kau akan lulus besok”, memang waktu kita ga lama lagi kan untuk menyelesaikan studi ini, ya segeralah dikerjakan. Ada lagi nih Arghob (2012) “wahai mahasiswa beriman, kerjakanlah solatmu sebelum kamu disolati dan kerjakanlah skripsimu sebelum kamu dikerjain skripsi” kata-kata yang menggelitik, memangnya bisa skripsi ngerjain kita? Hmm… ternyata bisa aja, kalo kita ga bersegera mengerjakan skripsi si skripsi bakal ngerjain kamu balik, si skripsi ga mau selesei sesuai target, nah lho! Jangan sampe deh dikerjain balik gitu. Selain skripsi yang harus disegerakan, sholatnya juga perlu untuk disegerakan. Pendekatan dengan Allah harus tetep ditingkatkan, karena Dia yang Maha Menentukan. Dengan mengingat-Nya pula lah, hati akan menjadi tenang. Menurut Arghob (2012) “wahai mahasiswa yang beriman, bersegeralah kamu untuk mengerjakan sholatmu sebagaimana kamu ingin bersegera untuk menyelesaikan skripsimu”, usaha dan doa harus berjalan beriringan,”Assholatu khoirum minal nggarapi skripsi”. (Arghob, 2012).
Dengan doa dan usaha yang terus berjalan beriringan yakinlah akan berbuah manis. Kalaupun, belum mencapai target  mungkin memang belum saatnya, sekarang atau nanti perjuangan skripsi ini usai itu sama saja, Allah sudah membuat skenario terbaik untuk hambaNya. Lulus tepat waktu syukur, lulus telat tapi mungkin nanti langsung dapat pekerjaan syukur pula yang terucap. Kalo kata Alanda Kariza (2012) jawaban Allah atas doa kita ada 3, “Ya”, “Tidak sekarang”, “ada yang lebih baik”. indah bukan rencanaNya? . Yang sudah lulus ataupun yang belum, tetap berjalanlah pada fasenya masing-masing dengan ikhtiar, doa, dan tawakal. Allah tau mana yang terbaik untuk hamba Nya.
  


0 komentar:

Posting Komentar