Merasakan
bangku perkuliahan adalah idaman hampir semua lulusan SMA. Berbagai upaya
dilakukan untuk bisa tembus di perguruan tinggi yang diinginkan. Walaupun
membutuhkan perjuangan yang ga gampang, mereka yang sudah berhasil masuk tidak
ingin berlama-lama di kampus, cukuplah 4 tahun, sewajarnya saja. Tahun pertama,
kedua, ketiga berlalu… dan sekarang, tahun ke empat sudah memasuki zona yang
menantang. 2 dari Tri Dharma Perguruan Tinggi sudah terlewati, Akademik pada
saat kuliah dan Pengabdian pada saat KKN. Nah, pada semester akhir nih tinggal
tri dharma yang ke 3, yaitu penelitian alias bergelut dengan skripsi yang
datang bersama dengan pasukannya yaitu kegalauan, kemalasan, ketakutan, dan
putus asa. Tapi tenang kawan, amunisi kita jauh lebih hebat, kita punya
semangat, optimisme, tekad dan tanggung jawab untuk menaklukan tantangan itu.
Skripsi itu kadang seperti sahur,
sama2 semangat kalo udah mepet-mepet dan diakhir waktu. (Arghob, 2012). Kalo
udah semester akhir nih, kita kaya lari semangat banget, udah mepet soalnya.
Nanti keburu telat. Memang harusnya seperti itu kawan, kita harus bergegas menyelesaikan
amanah orang tua ini. Bergegas bukan berarti tergesa, bergegas itu bersegera
menyelesaikan tanggung jawab ini dengan penuh semangat, konsisten dalam
mengerjakan dan tidak bermalas-malasan. Sedangkan tergesa itu, menyelesaikan
dengan terburu-buru dan mengabaikan sikap tenang, jadi banyak yang tercecer. Bisa
jadi karena tergesa, kita terlalu memforsir diri jadinya stress atau fisik yang
melemah.
Skripsi itu banyak lika-likunya,
bakal seneng banget kalo bisa bimbingan dan denger kata ACC dari dosen dan
bakal galau tingkat dewa kalo lagi setia-setianya nunggu dosen dari matahari
terbit sampe matahari terbenam, tapi ternyata dosennya ga mau bimbing atau
bahkan ga datang. Kalo kata (Arghob, 2012) nih “Siang2 di bulan puasa lihat es
buah gini itu rasanya kaya pagi2 lihat dosen pembimbing diruang jurusan tapi ga
bisa bimbingan”, nyesek kan rasanya?!. Barangkali itu masih mending, setidaknya
dosennya bisa melihat perjuangan kita. Nah, kalo ga datang-datang?? Adanya penggalauan,
apalagi kalo sms ga dibales2, kira-kira penggalauannya seperti ini nih “kalo
kamu ngga pernah ngasih respon dan bales smsku, gimana aku bisa yakin kamu
punya perasaan? :| #ohbudosen” (Arghob, 2012). Galaunya udah kaya ditinggal
nikah sama pujaan hati aja. Sst… memang kadang dosen kayak ga punya perasaan
*berbisik. Bukan begitu sebenernya, beliau kan juga sibuk di hal lain dan Allah
juga lagi menguji kita, ya anggap aja itu bagian dari perjuangan, ketika mau
sabar menghadapi penggalauan tadi semoga aja menjadi nilai plus dari Allah
sehingga Allah mempermudah jalan kita. Jadi, kalo lagi bête nungguin dosen
bukannya dengerin lagunya “Butiran revisi” –Rumor (Arghob, 2012). Tapi kalo
kita tersandung kerikil-kerikil kemarahan dosen atau revisi seabrek setel lagunya
Rumor yang baru “butiran kerikil”, kira-kira lagunya begini nih “aku terjatuh
dan bisa bangkit lagi”
Saat berhasil bertemu senengnya
masih setengah kalo belum denger kata ACC alias masih revisi, kalo kata
pepatahnya Arghob (2012) nih “tak ada skripsi yang tak retak”, ya memang
begitu, namanya orang belajar wajar kalo salah, itu yang membuat kita mau
belajar dan belajar lagi. Jadi semakin haus ilmu kan kalo ternyata banyak celah
dalam proses belajar kita?! Tapi harapannya ga dilipatgandakan terus lah
revisinya, meskipun di bulan puasa ini pahala memang dilipatgandakan (Arghob,
2012). Kalo revisi dilipatgandakan terus ya perlu introspeksi lah, mungkin kita
tidak teliti karena sifat tergesa tadi. Mungkin juga referensi kita yang ga
lengkap.
Jadi sekali lagi, bukan tergesa
tapi bergegas. Penundaan pengerjaan skripsi, cuma akan mengakumulasi rasa sesal
karena toh skripsi itu tetep harus diselesaikan juga. Penundaan yang terlalu
lama juga membuat kita sulit untuk memulainya lagi, buatlah target dan sebisa
mungkin capai target itu dengan pengerjaan yang konsisten, tidak
bermalas-malasan. Kalo kata Arghob (2012) nih “wahai mahasiswa yg beriman.
bangunlah dari tidurmu. kerjakanlah skripsimu seolah olah kau akan lulus besok”,
memang waktu kita ga lama lagi kan untuk menyelesaikan studi ini, ya segeralah
dikerjakan. Ada lagi nih Arghob (2012) “wahai mahasiswa beriman, kerjakanlah
solatmu sebelum kamu disolati dan kerjakanlah skripsimu sebelum kamu dikerjain
skripsi” kata-kata yang menggelitik, memangnya bisa skripsi ngerjain kita? Hmm…
ternyata bisa aja, kalo kita ga bersegera mengerjakan skripsi si skripsi bakal ngerjain
kamu balik, si skripsi ga mau selesei sesuai target, nah lho! Jangan sampe deh
dikerjain balik gitu. Selain skripsi yang harus disegerakan, sholatnya juga
perlu untuk disegerakan. Pendekatan dengan Allah harus tetep ditingkatkan,
karena Dia yang Maha Menentukan. Dengan mengingat-Nya pula lah, hati akan
menjadi tenang. Menurut Arghob (2012) “wahai mahasiswa yang beriman,
bersegeralah kamu untuk mengerjakan sholatmu sebagaimana kamu ingin bersegera
untuk menyelesaikan skripsimu”, usaha dan doa harus berjalan beriringan,”Assholatu
khoirum minal nggarapi skripsi”. (Arghob, 2012).
Dengan
doa dan usaha yang terus berjalan beriringan yakinlah akan berbuah manis. Kalaupun,
belum mencapai target mungkin memang
belum saatnya, sekarang atau nanti perjuangan skripsi ini usai itu sama saja,
Allah sudah membuat skenario terbaik untuk hambaNya. Lulus tepat waktu syukur,
lulus telat tapi mungkin nanti langsung dapat pekerjaan syukur pula yang
terucap. Kalo kata Alanda Kariza (2012) jawaban Allah atas doa kita ada 3, “Ya”,
“Tidak sekarang”, “ada yang lebih baik”. indah bukan rencanaNya? . Yang sudah
lulus ataupun yang belum, tetap berjalanlah pada fasenya masing-masing dengan
ikhtiar, doa, dan tawakal. Allah tau mana yang terbaik untuk hamba Nya.
0 komentar:
Posting Komentar