Sabtu, 11 Februari 2012

Menunggu…membuang waktu kah?


Menurut sebagian orang menunggu itu sangat membosankan, penat, dan hanya membuang-buang waktu. Apalagi menunggu sesuatu yang tak pasti, misalnya saja menunggu dosen pembimbing skripsi yang tidak bisa dipastikan kehadirannya atau yang lainnya. Terkadang menguap, ngantuk, dan bahkan sampai tertidur, karena yang dinanti tak kunjung tiba, itu adalah tanda kejenuhan yang tlah memuncak. Sejam, dua jam berlalu…. “uhhh” muncullah perkataan yang menandakan jengkel, mengeluh. Hmm…biasanya buka situs jejaring sosial, dan mengungkapkan kejenuhan dan kebosanan di statusnya. Tahukah anda?? Dengan mengeluh di situs jejaring sosial atau mengeluh secara langsung kepada orang lain, hanya akan menebarkan aura negatif pada orang-orang yang ada di sekitar anda atau orang-orang yang sedang membuka jejaring sosialnya. Kalau kata Bong Chandra dalam buku The Science of Luck-nya, biasanya mengeluh itu dengan menghela nafas dan kemudian tertunduk, itu adalah gerakan tubuh seorang pecundang. Maukah kita menjadi seorang pecundang karena terlalu sering mengeluh? Tentu saja tidak, harapan setiap orang pasti menjadi seorang pemenang, pemenang yang mampu menaklukan mimpi-mimpinya dan mampu “menaklukan” orang lain, dengan langkah yang lebih cepat dibandingkan dengan lainnya sehingga lebih cepat pula sampai di garis finish -kesuksesan-.

Menunggu sebenarnya tidak selalu membosankan dan menjengkelkan, ada hal yang bisa kita lakukan untuk membuat waktu menunggu kita menjadi waktu yang produktif. Produktivitas adalah melakukan sesuatu yang nantinya berbuah hasil (yang positif). Misalnya saja, kita mengisi waktu menunggu kita dengan membaca buku atau novel yang inspiratif, itu merupakan produktivitas karena setelah membaca itu wawasan kita akan bertambah atau kita akan menemukan inspirasi baru dari yang kita baca tadi. Atau mungkin menulis, menulis sesuatu yang produktif contohnya karangan atau mungkin cerpen, yang nantinya bisa memberikan inspirasi untuk orang lain. Sebenarnya kita tidak salah membuka jejaring sosial untuk mengisi waktu ketika menunggu, tapi bukan untuk mengeluh melainkan memberikan inspirasi atau motivasi kepada orang lain dari status yang kita update. Tapi ada satu catatan untuk ini, ketika membuka jejaring sosial kita harus membatasi waktu, karena ketika kita membukanya, tanpa sadar kita seperti “teracuni” karena tidak mau berhenti. Membuka situs itu yang tadinya mau memberikan inspirasi alih-alih terjebak di dalamnya, dalam artian hanya bermain-main.
Ditunggu, justru ini yang seharusnya menjadi sesuatu yang tidak mengenakan bagi kita karena dengan ditunggu kita akan merugikan orang lain. Jadi, belajarlah untuk disiplin, belajarlah untuk menghargai waktu. Memang, “jam karet” sudah menjadi budaya di negara kita ini, tapi coba mulailah dari diri sendiri, mulailah dari hal-hal yang kecil, dan mulailah dari SEKARANG, untuk bisa lebih menghargai waktu-waktu kita. Ketikapun ada halangan untuk tidak tepat waktu, pastikan itu bukan karena kemalasan kita tapi karena memang ada gangguan teknis yang membuat kita terlambat. Melalui hal-hal kecil (positif) yang dimulai dari diri sendiri, percaya atau tidak, cepat atau lambat itu akan mengubah segalanya menjadi lebih baik.

0 komentar:

Posting Komentar