Jumat, 14 September 2012

Sukses "bermakna"


Berawal dari sebuah pernyataan dan pertanyaan dari seorang teman “kebanyakan buku motivasi itu bercerita tentang seseorang yang tadinya terpuruk atau dalam kondisi ekonomi yang kurang kemudian bangkit dan menjadi sukses berkat perjuangan dan motivasi yang tinggi, lalu orang yang sudah sukses (red:kaya) tidak perlu bekerja keras lagi atau hanya tinggal malas-malasan? lantas tidak mempunyai cerita perjuangan?”
Tentu saja tidak, manusia hanya boleh berhenti berjuang ketika tutup usia nanti. Saat sudah mencapai puncak, jangan lantas berdiam diri. Aktivitas yang stagnan akan berimpikasi pada kualitas diri yang stagnan pula, seseorang tidak akan berkembang jika kemampuannya tidak diasah. Peningkatan berorientasi pada kualitas diri, bukan pada kuantitas materi. Dengan kita memperbaiki kualitas diri baik dari segi kedewasaan, spiritual, maupun intelektual, dengan sendirinya “bonus” akan menyertai. Jadi materi hanya sebagai hadiah saja, dari apa yang kita usahakan.
Jika kita berorientasi pada materi yaitu dengan menumpuk-numpuk harta artinya serakah. Boleh jadi, perolehan materi tersebut tidak dengan cara yang semestinya karena mengkesampingkan segi kedewasaan dan spiritual. Misalnya saja dengan korupsi. Sang koruptor sedikit berbeda dengan pencuri. Kalo pencuri cenderung karena ia kepepet atau tidak mempunyai uang. Sedangkan koruptor sebetulnya ia telah berkecukupan tetapi karena sifat serakah tadi, ia korupsi dan tentunya uang yang ia “curi” bisa jadi lebih banyak dibandingkan si pencuri. Dengan berorientasi pada kuantitas materi seseorang hanya akan diperbudak oleh nafsunya sendiri dan berimplikasi pada penurunan kualitas diri. Sedangkan dengan berorientasi pada kualitas diri, dengan sendirinya “bonus” menyertai. Hal ini bukan berarti seseorang tidak membutuhkan materi tetapi sebaiknya tidak serakah, apalagi jika sampai merugikan orang lain.
Orang yang (sudah) mencapai puncak kekayaan harus tetap bertumbuh dengan caranya sendiri. Bukan dengan “menumpuk-numpuk harta” tetapi justru dengan kontribusi. Mencoba peka terhadap lingkungan di sekelilingnya dan berusaha untuk dapat bermanfaat bagi orang lain sebanyak-banyaknya. Baik itu berkontribusi dengan berbagi materi ataupun berkontribusi dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang positif. Sehingga kesuksesannya itu benar-benar bermakna karena dapat mengkesampingkan egoisme.
Menjadi kaya raya adalah hadiah. Dan pada setiap apa yang kita raih, ada tanggung jawab menyertai. Tanggung jawab untuk menjaga keberkahan harta itu dengan kontribusi dan pastikan jalan untuk meraih “bonus” itu tidak ternoda. Setiap orang mempunyai cerita perjungan hidup masing-masing ketika ia mampu menghargai waktu dengan baik.

0 komentar:

Posting Komentar