Rabu, 04 Agustus 2010

Tentang Sahabat


Terlalu sulit untuk dilupakan. Sebuah cerita tentang Forbundet Community, yang terdiri dari 46 mahasiswa program studi pendidikan ekonomi koperasi, fakultas ekonomi Universitas Negeri Semarang. Pada sebuah agenda studi tour di sebuah kota pelajar, Yogyakarta. Agenda utama kami adalah menimba ilmu yang terwadahi oleh sebuah program yang dicanangkan fakultas yaitu Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Agenda ke dua adalah refreshing pasca ujian, dan mempererat tali keakraban diantara kami.

Rasa kantuk dan bosan menggelayuti kami, ketika materi tengah disampaikan oleh salah seorang narasumber dari objek KKL yang kami kunjungi. Namun hal itu segera kami tepiskan, dan tergantikan dengan kesemangatan, rasa keingintahuan tentang suatu hal, dan yang terpenting adalah bagaimana kami dapat berkontribusi untuk dunia sekeliling kami dengan ilmu yang didapatkan.
Ketika cahaya sang mentari tlah tergantikan oleh pekatnya malam, nyala lilin tlah cukup membuat ruangan aula menjadi sedikit lebih terang. Suasana riuh gemuruh mewarnai ruangan, itu adalah suara kami. Kami tengah bersenda gurau sambil bernyanyi dengan iringan gitar. Canda dan tawa itu tedengar begitu hangat di telinga, sungguh menyenangkan.
Games menarik membuat suasana menjadi lebih berwarna, permainan menarik sekaligus bermakna. Permainan itu mengangkat sebuah tema betapa berartinya sebuah penilaian terhadap sesama teman. Setiap individu wajib menilai temannya dengan sejujur-jujurnya, dan penilaiann itu bersifat rahasia untuk menghidari terjadinya konflik. Hasil penilaian sebagai bahan introspeksi diri dan harapannya ke depan dapat menjadi insan yang lebih baik.
Isak tangis terdengar di sudut-sudut ruangan aula, pada sebuah sesi renungan malam. Salah seorang dari kami membacakan sebuah prolog bertema persahabatan. Prolog yang menceritakan tentang betapa berharganya sebuah persahabatan, dan makna dari persahabatan itu sendiri, sangat puitis dan syarat makna. Pembacaan prolog di tengah sepercik cahaya lilin, membuat suasana menjadi haru, kami merasakan adanya kedekatan di antara kami, sangat dekat dan begitu dekat. Semoga kedekatan itu bukan hanya karena terbawa oleh suasana, namun akan terus berlanjut untuk ke depannya. Ikatan persahabatan tak mengenal perbedaan baik dari sudut pandang karakter pribadi, maupun ideologi yang dipegang. Semua perbedaan itu akan membaur jadi satu yang pada akhirnya akan membuat ikatan persahabatan semakin erat.
Setiap orang mempunyai tingkat kecocokan yang berbeda satu sama lain. Setiap orang mempunyai pilihannya masing-masing. Maka wajar sekali ketika dalam sebuah komunitas terdapat beberapa kelompok sepermainan, namun akan menjadi tidak wajar ketika pembentukan kelompok itu justru menimbulkan keegoan diri yang pada akhirnya akan memunculkan sikap menutup diri dan enggan membaur dengan yang lain, atau bahkan saling membenci. Jadi bukan tidak mungkin, dalam suatu komunitas terdapat beberapa kelompok, namun yang terpenting disini adalah ikatan kebersamaan dalam suatu komunitas itu jangan pernah hilang, artinya tetaplah bersosialisasi dengan siapapun, karena pada dasarnya semua insan itu baik dan akan sangat bermakna apabila ikatan kebersamaan yang terjalin tidak hanya sekedar adanya kehangatan canda tawa namun akan sangat luar biasa sekali ketika sebuah ikatan kebersamaan itu dapat memberikan manfaat satu sama lain.
Suara merdu petikan senar gitar membuat suasana menjadi lebih manis, dengan sisa tetesan air mata kami melantunkan sebuah lagu persahabatan. Senandung lagu itu terdengar begitu indah dan penuh ketulusan. Senyum yang tadi sempat hilang, kini mulai mengembang. Jabat tangan yang dibumbui ucapan terimakasih dan permohonan maaf menyempurnakan suasana termanis di malam itu. Semoga keindahan itu tak akan pernah berakhir.
Malam mulai larut, terasa hembusan angin malam menusuk tulang. Aktivitas di hari itu memang sangat melelahkan sampai mata pun ingin sekali terpejam. Namun sepertinya belum sempurna bila kami melewatkan indahnya suasana malam kota Yogyakarta. Rasa lelah dan kantuk tlah tergantikan oleh keceriaan kami.
Sang mentari mulai menampakan cahayanya, pertanda hari tlah berganti. Saatnya kami bergegas untuk melanjutkan perjalanan. Banyak hal yang kami dapatkan dengan berkunjung ke keraton. Kami menjadi lebih menghargai sejarah dan ke depan akan berusaha mengukir sejarah yang lebih baik dari sebelumnya. Indahnya pantai Kukup menjadi saksi keceriaan dan hangatnya kebersamaan yang diselimuti canda tawa.

0 komentar:

Posting Komentar